Sabtu, 13 November 2010

Belajar Etika ke Gunung Merapi, Gak mahal kok..


Gambar : google.com
Mbah Marijan memang telah pergi. Tapi jejak keteladanan dan pengabdiannya begitu membekas ke seluruh negeri yang sedang diselimuti kabut krisis kepercayaan stadium empat ini. Sosok Mbah Marijan dianggap suatu sosok yang teguh pendirian dan penuh tanggung jawab dalam mengemban amanah. Namanya muncul ke permukaan sejak tahun 2006 karena mampu tampil sebagai juru kunci yang mampu meramalkan keadaan Merapi dan mampu tampil di garis terdepan dalam menghadapi bencana tersebut. Akibat keberaniannya itu ia dihormati dan dituruti kata-katanya oleh warga sekitar Gunung Merapi. Ini adalah pelajaran pertama dari Mbah Marijan bagi bapak-bapak anggota DPR yang terhormat.
Ia dianggap sebagai pemimpin yang rendah hati dan sederhana. Bayangkan gajinya saja hanya Rp. 5.600,00 sebulan!!. Itu merupakan gaji bersihnya. Mbah Marijan tidak tidak mengenal apa itu Remunerasi, apa itu tunjangan lauk-pauk, dan apa itu gaji ke-13. Itulah dia keikhlasan yang hakiki. Ini adalah pelajaran ke dua dari Mbah Marijan kepada bapak-bapak anggota DPR yang bergaji tinggi.
Memang sungguh miris hati kita melihat dan mendengar rencana anggota DPR mau belajar etika ke Yunani. Sungguh, negeri ini masih kaya akan putra-putri nya yang memiliki keteladanan tinggi yang patut dijadikan objek studi banding. Tapi sayang, mereka semakin terpinggirkan dan terabaikan. Mbah Marijan mungkin berpendidikan rendah. Jangankan ke Yunani, ke ibukota kabupaten saja mungkin Ia tidak sanggup untuk sekolah. Tapi kenapa praktek etikanya begitu teramalkan?. Ini pelajaran ketiga bagi bapak-bapak DPR yang masih keukeuh mau “belajar” ke kampung nya Socrates.
Memang Mbah Marijan tidak bisa menjelaskan kepada anggota DPR tentang bagaimana etika dan tata tertib dalam legislasi negara. Mungkin ia tidak paham dengan bagaimana proses persidangan yang baik dan benar. Tapi jika (dulu) beliau ditanya bagaimana seharusnya menjadi manusia beretika pasti beliau akan menjelaskannya panjang lebar. Beliau akan menjelaskan bagaimana menyenangkan hati rakyat. Baliau juga mungkin akan menyarankan agar jangan jauh-jauh belajarnya. Cukup belajar dengan profesor-profesor kita yang jumlahnya sudah banyak. Dan mungkin ketika rohnya sudah di leher, beliau akan menyampaikan pesan terakhir untuk semua pemimpin bangsa ini. Jadikanlah tugas itu beban barat yang akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Sang Pencipta. *teguh ilham 28 oktober 2010

Related Posts by Categories

Tidak ada komentar:

Posting Komentar