Minggu, 18 September 2011

Sehari Menikmati Boekittinggi with Imif dan Ihan : Wisata yang Sempat Tertunda

Ihan dan Imif, di depan gerbang masuk

Aahhhmmmhh.. setelah setahun yang lalu berjanji untuk ngajakin dua orang si bawel, Imif dan Ihan untuk jalan-jalan bareng akhirnya terwujud juga. Yah, dari setahun yang lalu saya sempat melontarkan kata-kata janji untuk mengajakin mereka. Gak perlu jauh-jauh sih sebenarnya, mereka hanya minta ditemanin jalan-jalan di Bukittinggi. Mereka ingat trus mengingatkan saya bahwa saya pernah berjanji. Berjanji untuk ditepati.
Daaan, setelah sekian lama mengulur-ulur waktu akhirnya janji tersebut terpenuhi sehari sebelum go back to nangor.
Hari itu Hari Selasa, sehari sebelum meninggalkan rumah tercinta. Di hari itu lah kesempatan terakhir untuk menepati janji kepada mereka. Kalo gak hari itu, ya tahun depan.
Menurut rencana, kami akan pergi ke Bukittinggi pada jam satu siang setelah mereka berdua pulang dari sekolah. jam satu akhirnya mereka telah pulang dari sekolah. langsung berangkat?. Ow..ow..ternyata motor gak ada di tempat karena dipake mama buat ngajar di sekolah. Nunggu lagi deh. Mereka tampak gelisah. Sabar ya dek??.
Akhirnya mama pun pulang, tapi ini udah jam 2. Tampa banyak pertimbangan lagi, kami tiga orang kakak beradik langsung menyusun diri di atas motor, saya di depan, Ihan di tengah, dan Imif di belakang. Bruumm.. Bukittinggi, i’m coming.

Taman Panorama
di depan patung tentara Jepang : mana yang tentara mana yang orang nie
Imif : di Taman Panorama dengan background Ngarai Sianok

Ini adalah tempat pertama yang kami kunjungi. Taman ini sungguh sangat strategis dan indah. Dari taman ini kita dapat langsung melihat keelokan Ngarai Sianok secara keseluruhan. Di taman ini banyak kera-kera yang berkeliaran. Mereka tak canggung ketika kita kita ajak untuk berfoto bersama. Tentu tidak gratis, mereka harus kita beri kacang biar nurut.
Di taman ini pun dibangun patung dua orang tentara Jepang yang sedang memegang senjata. Lokasi patung ini terletak di ujung taman dan dekat dengan Lubang Jepang.

Ngarai Sianok
Ngarai Sianok : dijepret dari Taman Panorama
Ngarai Sianok sore hari

Jika anda ke Bukittinggi jangan pernah sekali-kali melewatkan objek wisata Ngarai Sianok. Keelokan dan keindahan Ngarai ini cukup untuk menjadi bahan pembicaraan para wisatawan ketika mereka kembali ke daerah asalnya. Di bawah ngarai tersebut terdapat hamparan sawah yang hijau, sungai, dan beberapa rumah penduduk. Untuk menikmati view kawasan ngarai ini akan lebih keren jika anda melihat dari Taman Panorama.
Sore itu cuaca agak mendung, pas sekali bagi kami untuk berjalan-jalan bertiga tanpa harus takut akan sengat matahari. Dari atas terlihat Ngarai sedikit diselimuti kabut karena memang lagi musim penghujan. 

Lubang Jepang
Imif dan Ihan di depan Lubang Jepang
Imif dan Ihan di tangga masuk
inilah dia Sang Pemandu tour, hehe


Nah, ini lah tujuan wisata inti kita hari ini. Lubang Jepang terletak di ujung Taman Panorama. Banyak fakta sejarah yang tersimpan di sini. Lubang Jepang telah menjadi saksi betapa kejam nya tentara Jepang kepada bangsa kita puluhan tahun silam. Betapa tidak, lubang dengan kedalaman 40 m dan panjangnya mencapai 1,47 km tersebut digali oleh para Romusha dengan menggunakan alat seadanya.
Pembuatan Lobang Jepang ini dilakukan atas instruksi Panglima Divisi ke-25 Angkatan Darat Balatentara Jepang Letjen Moritake Tanabe, yang memerintahkan untuk membuat lubang perlindungan yang mampu menahan getaran letusan bom sekuat 500 kg, dan dilengkapi dengan ruangan-ruangan bagi keperluan Markas Besar dan Divisi ke-25 Angkatan Darat. Oleh karena itu Lobang Jepang ini, yang konstruksinya mulai dikerjakan pada Maret 1944 dan selesai awal Juni 1944.
di depan Ruang Amunisi
depan Ruang Penyergapan
di depan ruang Saintifik
di sini lah Pintu Pengintaian



di sini lah para pejuang kita dipenjara

Ihan, " iziiin makaaann kak Miifff"
Kalo mau lari lewat sini ya
dua orang serdadu berpose sebelum disidang

Seolah sebagai pemandu, saya berusaha untuk menjelaskan kepada Imif dan Ihan tentang betapa kejamnya Jepang dimasa lalu. Mereka hanya diam. Saya kurang tahu arti dari diamnya mereka.
Banyak ruangan yang kami lewati di dalam lubang tersebut. Hmm..berjalan di dalam aja capek, apalagi harus membuatnya ya. 

Jam Gadang
Jam Gadang dari masa ke masa
Imif dan Ihan di depan Jam Gadang

Ini dia ni Big Ben nya Ranah Minang. Jam gadang terletak di pusat Kota Bukittingi. Di seberang nya terdapat sebuah Ramayana yang tentunya tidak perlu untuk saya ceritakan. Jam Gadang ini merupakan simbol dari Kota Bukittinggi. Di seputaran Jam Gadang ini akan banyak kita jumpai badut-badut yang menawarkan jasanya untuk berfoto kepada para pelancong. Tak mahal kok, Cuma dengan 5 ribu rupiah saja kita bisa berfoto sepuasnya dengan mereka.
Setelah Imif dan Ihan berfoto ria di depan Jam Gadang maka kami pun ngisi kampung tengah dulu di KFC yang kebetulan jaraknya tak terlalu jauh dari Jam Gadang. 
Whuaaa...Ihan kepedasan

Setelah makan ide pun muncul untuk naik bendi (delman). Haha, boleh juga tuh.
Berpose di atas Bendi

Di depan Jam Gadang memang terdapat banyak Bendi (delman) mangkal yang menggoda para penggunjung untuk diajak berkeliling Bukittingg. Tarif yang ditawarkan pun sesuai dengan jauhnya rute yang hendak dilalui. Berhubung kami tidak punya banyak waktu karena hari sudah sore maka kami hanya melewati jalur pendek, yaitu start dari Jam Gadang-depan Hotel The Hills-Benteng Atas-Kampung Cina-Jam Gadang.
Jika anda agak jeli dikit, maka anda akan melihat keanehan dengan Jam ini. Pada angka empat anda akan melihat bahwa angka yang tertulis disana adalah IIII, bukan IV. Hingga sekarang banyak versi yang beredar ditengah masyarakat. Ada yang menyebutkan bahwa karena salah tulis belaka (tapi gak mungkin karena Jam Gadang yang merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Sekretaris Kota waktu itu dirancang oleh ahli jam dari Amerika). Ada juga sumber yang menyebutkan bahwa angka tersebut menunjukkan jumlah pekerja yang meninggal ketika Jam Gadang selesai didirikan. Ah, ga tau lah.
Next destination with Imif dan Ihan

Jam telah menunjukkan pukul 6 sore, waktunya pulang. Setelah selesai ber-bendi ria bareng Imif dan Ihan kami pun menuju ke parkiran motor untuk segera kembali ke rumah. Masih banyak tempat yang belum kami kunjungi hari itu. Masih ada Benteng Fort de Kock, Jembatan Limpapeh, Kebun Binatang, Museum Bung Hatta, dan Museum Penerbangan menunggu untuk dikunjungi tahun depan. Masih dengan Imif dan Ihan. Ada yang mau ikut?  . ilhamsimabua@ksatrianipdn

Related Posts by Categories

6 komentar:

  1. ngarai sianok?kayak pernah denger,,pengen kesana jadi bang.he
    nice post. . :)

    BalasHapus
  2. ia dek, bkt jg terkenal dengan ngarai sianok nya,,
    kalo ada waktu maen2 ksini yah, dtunggu lho, :)

    BalasHapus
  3. tahun depan jalan-jalan lagi, saya ikut pastinya.

    BalasHapus
  4. Nice Share...
    Saya sdh follow , saya tunggu follow baliknya ya ...

    BalasHapus
  5. Uni* oke, saya tambah dulu dua roda yang sudah ada dengan dua roda lagi yaaa....

    Kiyanda* okey, segera meluncur...

    BalasHapus
  6. aku juga udah pernah kesana loh.... asiek udaranya sejuk banget.....Next Time pengen kesana lagi...

    BalasHapus