Sabtu, 24 September 2011

Jalan Juang, Kemah Juang, dan Naik Manglayang Integrasi dengan Wasana Regional Angkatan XIX

Persiapan di Plasmen

Setelah dua tahun lebih terpisah akhirnya sebanyak 300 orang wasana regional kembali terintegrasi dengan 700 orang wasana kampus Jatinangor. Banyak spekulasi bermunculan seiring dengan kedatangan mereka ke kampus Jatinangor. Ego sektoral, beda persepsi, atau apalah anggapan banyak pihak termasuk praja sempat mencuat ketika mereka menginjakkan kakinya di Kampus Manglayang ini. Ternyata tidak sepenuhnya benar demikian. Rasa akrab otomatis muncul ketika bertemu dengan mereka walaupun memang masing-masing kita harus mencoba mengingat-ingat kembali siapa gerangan yang sedang dijabat tangannya. Wajah banyak yang ingat, tapi nama seolah tertahan di ujung lidah.
Lembaga seolah tak tinggal diam. Suatu kegiatan pun dirancang untuk kembali menyamakan persepsi dan jiwa korsa di antara angkatan XIX. Suatu kegiatan yang cukup menguras tenaga, anggaran, dan waktu. Jalan juang, kemah juang, dan naik Manglayang bersama bagi wasana ex regional pun menjadi pilihan.
Kegiatan dilaksanakan selama tiga hari mulai dari hari Selasa sampai hari Kamis.  Sekitar jam dua siang seluruh wasana praja berkumpul di Plaza Menza untuk mengikuti apel pelepasan yang dipimpin oleh Bpk Karnaji. Setelah mendengar beberapa arahan arahan teknis dari beliau, seluruh pasukan pun mulai bergerak mengikuti jalur jalan juang yang telah ditentukan. Jalur yang ditempuh sangat lah panjang melewati perkampungan penduduk dan berakhir di Buper (Bumi Perkemahan).
jalan juang with sokot
di dalam tenda
Selama tiga hari tersebut cukup banyak kegiatan dan acara yang diselenggarakan. Pada hari pertama dilaksanakan jalan juang, berkemah, malam hiburan dengan mendatangkan dua orang penyanyi luar, dan acara nyate bersama bapak Sudjito (Mantan Karo III).
Pada hari kedua dilaksanakan kegiatan senam bersama dengan mendatangkan instruktur dari luar, tentunya instruktur yang dapat lebih membangkitkan semangat, terutama semangat praja putra. Selain itu juga diadakan kegiatan HTF, dan dilanjutkan dengan berkemah di Buper, menunggu hingga besok melanjutkan pendakian ke Puncak Gn. Manglayang.
Tak semua kegiatan di atas kami (Wapa Manggala) ikuti, Jalan juang kami ikut, kemah juang kami pun ikut, tapi acara hiburan malam yang menampilkan artis dangdut ibukota (kecamatan) kami tak ikut karena sebagai anggota Wapa Manggala kami harus melayani teman-teman yang mau memesan matras. Nasiiiibbb... 
nungguin lapak matras disaat yang lain dangdutan

Kegiatan senam bersama dan HTF yang dilaksanakan pada hari kedua pun tidak kami ikuti karena harus segera menyiapkan dan memastikan jalur yang hendak dilewati para wasana ex regional benar-benar aman. Tapi kami gak nyesel gak ikut kegiatan HTF karena konon kabarnya gak asik.
Pukul 15.00 WIB, saya, Ari Fadli, Septian, Allu, Ai, Ratno, dan Irwan (Wapa gadungan,hehe) mulai mendaki Manglayang untuk memastikan jalur yang hendak dilalui aman dan memasang tali webing di jalur yang curam. Pendakian kami pun ditemani dengan rintik hujan yang cukup membuat basah sekujur tubuh. Survey selesai pada pukul 19.00 WIB ketika gelap malam menyelimuti bumi.
Kami pun beristirahat dengan ditemani api unggun yang melindungi dari dinginnya hawa Manglayang malam itu.
Sebelum tidur tercetus ide untuk menyaksikan sunrise dari puncak bayangan, itu artinya yang mau ikut harus bangun jam 04.00 WIB, yakin bangun jam segono? Liat aja besok realisasinya.
 BESOKNYA..
Tengg..tengg..tenggg.. jam 4 pagi pun datang, Nina membangunkan kami yang baru saja mulai merangkai mimpi. Banyak yang pura-pura gila dan malah mengurungkan niat untuk menyaksikan sunrise. Oknum yang yang masih sadar dengan janjinya kemaren malam hanyalah saya, Allu, Jhun, Aslan, Puput, Nina, dan Iam. Dengan perlengkapan seadanya dan tak lupa stok makanan buat sarapan di Puncak Bayangan kami pun berangkat naik. 

dipagi buta, sebelum naik ke Puncak Bayangan 


bersama menatap mentari pagi di ufuk timur
istirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian ke Puncak Manglayang

Setelah puas berfoto ria kami pun melanjutkan perjalanan ke puncak “sebenarnya” dan menunggu wasana ex regional di sana. Jam 09.00 mereka mulai berdatangan. 
bersama wasana regional
Merah Putih di Puncak Manglayang
Gak ada kegiatan atau acara yang spesial di sana selain cuma berfoto ria, berdoa, dan kembali turun. Setelah semua turun, kami pun turun dan memastikan ga ada yang tertinggal di atas.
Menuruni lereng Manglayang

Setelah sampai di bawah, matahari udah terik banget,, semua berjalan pulang kecuali kami anggota Wapa Manggala yang menumpang Ambulans lembaga untuk menemani satu orang praja putri yang sakit. Yang sakit satu, yang nemanin semobil. Paraaahh. ilhamsimabua@lembahmanglayang
see also the other pictures...

Related Posts by Categories

6 komentar:

  1. beda yah,HTF kami kemaren seruuu kali. . . :)
    keren kali bang sunrisenya..kapan calon wapa bisa liat sunrise puncak bayangan yaaa?hmm

    BalasHapus
  2. kata pengasuh sih mereka susah diatur, jadi ga tertib deh HTF nya....
    yaaaa...smg aja ntar bisa yaa :-)

    BalasHapus
  3. bro, tenda gw bocor kemarn. bener-bener kemah JUANG versi mahasiswa tgkat akhir. sundul . . .

    BalasHapus
  4. haha.. sundul ...
    disitu lah letak perjuangannya sist...

    BalasHapus