Rabu, 05 Januari 2011

PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DENGAN PROGRAM PAGUYUBAN SWADAYA MASYARAKAT (PSM) DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sebagian besar masyarakat telah disibukkan oleh kepentingan golongan dan pribadinya. Keberpihakan kepada kaum marginal menjadi barang mahal. Masyarakat miskin dan marginal telah dieksploitasi menjadi objek pembangunan. Kekuatan mereka telah dibelenggu oleh program-program pembangunan yang ternyata mematikan inisiatif dan memecahbelah tali persaudaraan. Dengan subsidi yang diberikan telah meluluhlantakan rasa kemanusian bangsa ini. Sebutan bangsa yang ramah tamah sirna akibat subsidi recehan. Data membuktikan bahwa sampai dengan akhir tahun 2005 jumlah angkatan kerja di Indonesia adalah 106,9 juta jiwa. Dari jumlah tersebut maka ada 11.654.293 yang merupakan penganggur terbuka, bila mereka masing-masing mempunyai 3 orang tanggungan maka ada 46.617.172 anggota masyarakat Indonesia yang tidak memiliki prospek ekonomis. Di samping itu masih ada 30 juta yang menjadi penganggur setengah terbuka dan 36 juta merupakan penganggur dengan pendapatan di bawah Rp. 150.000,-- per bulan. Dengan perkataan lain sekitar 50% penduduk Indonesia mengalami kondisi ekonomis yang (sangat) memprihatinkan. Biarpun demikian kita masih boleh berharap bahwa kondisi yang (sangat) memprihatinkan itu akan dapat ditanggulangi, karena pada dasarnya mereka bukan orang yang malas, pada dasarnya sebagian besar dari mereka mau bekerja keras, hanya masalahnya mereka tidak memiliki ketrampilan yang memadai dan tidak memiliki akses ke sistem ekonomi yang berlaku dewasa ini, dengan demikian mereka tidak bisa keluar dari kesulitan mereka. Di lain pihak arus globalisasi ekonomi, di mana sistem ekonominya yang semata-mata berpihak pada kaum kapitalis dan tidak berpihak pada kaum marjinal, menjadi semakin nyata, dan semakin tidak terbendung. Sehingga arus tersebut bila tidak diwaspadai akan dapat mengikis harapan tersebut di atas. Sebuah gagasan mencoba menyulam dan merenda benang kusut yang telah lama sulit dipecahkan. Upaya untuk menciptakan masyarakat sejahtera tersebut dapat diwujudkan dengan salah satu program yang relevan yaitu dengan pembentukan Paguyuban Swadaya Masyarakat (PSM). B. Rumusan Masalah Bertitik tumpu pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan objek permasalahan sebagai berikut: 1. mengapa pemecahan masalah keberdayaan masyarakan diselesaikan dengan program PSM? 2. bagaimana prospek dari pengembangan program Paguyuban Swadaya Masyarakat (PSM)? 3. factor-faktor yang mempengaruhi terlaksananya program Paguyuban Swadaya Masyarakat? BAB II PEMBAHASAN A. Pentingnya PSM Alasan utama mengapa pentingnya program PSM bagi tercapainya masyarakat yang berdaya adalah bahwa arus globalisasi ekonomi tidak mungkin dihadapi secara perorangan, melainkan harus bersama-sama. Kita harus bergandengan tangan dan maju bersama untuk menyatakan eksistensi kita. PSM (merupakan komunitas basis yang berfokus pada pembangunan ekonomi sosial/yang manusiawi ) adalah suatu organisasi akar rumput yang demokratis dan partisipatif; yang mengadakan pertemuan secara teratur; melakukan kaderisasi secara terus menerus; pemilihan pengurus dilakukan dari dan oleh anggota; melakukan administrasi secara tertib, teratur dan terbuka; dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program secara partisipatif. Selain daripada itu PSM berorientasi pada pengaturan ekonomi rumah tangga secara dialogis; peningkatan pendapatan keluarga; pemupukan modal bersama dan pengembangan usaha bersama. Untuk itu perlu membangun wawasan yang terbuka terhadap gagasan-gagasan baru dan terhadap bentuk-bentuk kerjasama yang baru. Dalam kaitan ini Gereja dapat menjadi fasilitator yang handal dalam usaha untuk membangun kader-kader, yaitu orang-orang muda yang memiliki idealisme dan bersedia dididik untuk menjadi pendamping bagi paguyuban swadaya masyarakat, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang. Tanpa pemberdayaan dan pendampingan yang sungguh-sungguh oleh mereka yang memiliki kepedulian dan kemauan untuk berbagi, maka mereka yang termarjinalisasi hampir dapat dipastikan tidak akan mungkin bangkit. B. Pengembangan Program PSM Langkah-langkah pemberdayaan Proses penyadaran dan perubahan paradigma baik bagi para mitra PSM (yang tidak lain adalah aparat pemerintah yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dan para pendamping di lapangan) maupun para anggota PSM (end users) sendiri. Proses penyadaran dan perubahan paradigma bagi para mitra PSM terdiri dari pelatihan-pelatihan yang memungkinkan peserta memiliki paradigma yang utuh dan penuh tentang dirinya, kelompoknya dan pelatihan-pelatihan yang memberikan ketrampilan dasar dalam hal manajemen usaha. Adapun pelatihan-pelatihan tersebut saya susun berdasarkan pengalaman kami, sebagai berikut: a. Bina pribadi unggul: Pelatihan ini merupakan suatu pelatihan yang bertujuan untuk menyadarkan para peserta bahwa dirinya memiliki kemampuan-kemampuan yang diberikan secara gratis oleh Sang Pencipta, namun sekaligus sebagai manusia yang tidak sempurna kita juga perlu mengenali kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri kita. Dengan perkataan lain pelatihan ini mengajak para peserta untuk menjawab pertanyaan paling mendasar yaitu “siapakah aku ini”. Pelatihan ini diilhami oleh ungkapan yang ditulis pada kuil dewa-dewi di Delphi, Yunani dan di tempat lain yang berbunyi Gnothi se auton yang kurang lebih berarti kenalilah dirimu sendiri. Dengan pelatihan ini diharapkan para peserta termotivasi untuk mengembangkan kemampuannya dan mengurangi kelemahannya, dan dengan demikian dirinya semakin berkembang baik integritasnya, kompetensinya dan komitmennya dalam membantu orang-orang yang selama ini termarjinalisasikan. b. Bina pribadi utuh: Pelatihan ini merupakan suatu pelatihan yang bertujuan untuk menyadarkan para peserta bahwa dirinya adalah makhluk sosial. Artinya dalam usaha mengembangkan dirinya manusia tidak bisa tidak harus bersama dengan orang lain, dengan lingkungan hidup yang sehat. Dalam kaitan dengan itu maka perlu suatu penyadaran akan paradigma yang selama ini dipakai dalam hubungan kita dengan orang lain dan lingkungan hidup, dan kemudian berani melakukan koreksi terhadap paradigma yang selama ini kita anut namun sebenarnya salah. c. Bina kepemimpinan diri: Setelah kita menyadari siapa diri kita dan juga telah memiliki paradigma yang tepat tentang orang lain dan lingkungan hidup, maka tibalah saatnya kita sampai pada kesadaran bahwa untuk semakin mengembangkan dan menumbuhkan temuan-temuan selama ini maka kita perlu mengembangkan dalam diri kita suatu kepemimpinan diri, di mana kita mampu mengembangkan kebijaksanaan, keberanian untuk mengambil risiko yang telah diperhitungkan secara tepat, mampu mengendalikan diri dari dorongan-dorongan yang tidak sehat dan mampu bertindak secara adil terhadap relasi kita dengan orang lain dan juga lingkungan hidup. d. Bina kepemimpinan berdasarkan visi: Bila kita mampu memimpin diri sendiri dengan mengembangkan empat keutamaan di atas maka kita mampu untuk memimpin (pada setiap tingkatan kepemimpinan) orang lain menuju masa depan yang lebih baik. Masa depan yang lebih baik merupakan cita-cita atau impian seorang pemimpin hendaknya dirumuskan secara realistis, menarik dan dapat dipercaya. Maka dengan pelatihan ini para peserta dilatih untuk dapat merumuskan visinya secara tepat, sehingga dapat menarik para pengikutnya. e. Bina layanan unggul: Dewasa ini mutu merupakan salah satu unsur yang paling pokok yang dituntut oleh masyarakat pada umumnya. Namun, mutu berwajah ganda, artinya kita bisa berbicara tentang mutu produk atau jasa tetapi kita juga dapat berbicara tentang mutu pelayanan. Berbicara tentang mutu produk atau jasa kita dibantu oleh kecanggihan teknologi yang bisa kita beli, namun berbicara tentang mutu pelayanan maka kita berbicara tentang mutu manusia. berbicara tentang mutu manusia maka kita akan berbicara tentang sistem pengembangan insani secara terpadu, mulai dari perekrutannya sampai saat orang yang bersangkutan tiba pada saat terminalisasi. Atau perkataan lain kita harus berbicara tentang budaya layanan, lewat pelatihan ini kita akan dilatih untuk sampai pada pengertian, penerapan dan pengembangan budaya layanan yang unggul. Setelah kita melakukan penyadaran dan perubahan paradigma maka kita perlu membekali para mitra PSM dan para end-users dengan beberapa ketrampilan mendasar, seperti: 1. Dasar-dasar manajemen umum bagi usaha kecil: Melalui pelatihan ini para mitra PSM dan para end-users dilatih untuk memahami karakteristik usaha kecil di mana produknya adalah khusus, unik dan khusus sehingga tidak akan mengalami persaingan dari usaha besar yang biasa menggunakan pendekatan produksi massal, kemudian usaha kecil cakupan daerah pemasarannya tidak terlalu besar sehingga dapat memahami dengan sungguh-sungguh tabiat dan kehendak konsumen, namun biasanya usaha kecil lemah dalam administrasi dan permodalan. Maka para mitra PSM dilatih untuk dapat memiliki ketrampilan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kekuatan usaha kecil dan sekaligus mampu mengurangi kelemahannya. 2. Dasar-dasar manajemen keuangan: Salah satu kelemahan dari usaha kecil adalah bidang pengelolaan keuangan, oleh karena itu dengan memperhatikan karakteristik usaha kecil para mitra PSM dilatih untuk mampu mendampingi usaha kecil dalam mengelola keuangannya. Salah satu hal yang paling penting adalah memahami aliran uang dalam usaha kecil dan juga pengendalian biaya dan mampu membedakan macam-macam biaya. 3. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan: Salah satu tugas seorang pemimpin adalah memecahkan masalah dan kemudian mengambil keputusan. Agar dapat memecahkan masalah dan mengambil keputusan maka seorang pemimpin membutuhkan informasi yang up-to-date, relevan dan akurat dan kemudian dengan kemampuan penalarannya serta pengalamannya pemimpin tersebut dapat mengolah informasi yang diterimanya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan kemudian mengambil keputusan. Tujuan dari pelatihan ini adalah melatih para peserta untuk dapat mengolah informasi yang dimiliki agar dapat memecahkan masalah dan mengambil keputusan secara tepat. 4. Manajemen Keuangan Keluarga: Salah satu kelemahan pengusaha kecil adalah mencampur-adukkan keuangan usaha dengan keuangan rumah tangga. Selain daripada itu mereka sering terjebak pada paradigma berhemat dulu baru menabung, padahal seharusnya menabung dulu baru berhemat . Melalui pelatihan ini para pengusaha kecil diharapkan dapat mengubah paradigmanya dan memiliki ketrampilan untuk melakukan pengelolaan yang berdayaguna sehingga dapat memperbaiki ekonomi keluarganya. C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan PSM Keberhasilan PSM berkaitan dengan tiga faktor yang saling terkait satu sama lainnya. Ketiga faktor tersebut adalah: 1. Faktor-faktor internal, seperti faktor kelembagaan kelompok yang menyangkut masalah keanggotaan, kepengurusan, kegiatan kelompok dan mekanisme kerja kelompok. 2. Faktor-faktor eksternal, seperti faktor lingkungan sosial-ekonomi; hubungan dengan aparat pemerintah se tempat; serta faktor dukungan lembaga bisnis setempat. 3. Faktor-faktor yang berkaitan dengan lembaga-lembaga pendamping, seperti integritas, kompetensi, komitmen dan subsidiaritas dalam usaha mendampingi dan memfasilitasi PSM yang berusaha untuk meningkatkan kemampuannya untuk semakin berhasil (di sinilah peran Gereja (cq kaum muda dan mereka yang masih merasa muda menjadi sangat konkret). BAB III Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. PSM berorientasi pada pengaturan ekonomi rumah tangga secara dialogis; peningkatan pendapatan keluarga; pemupukan modal bersama dan pengembangan usaha bersama. 2. Keberhasilan PSM berkaitan dengan tiga faktor yang saling terkait satu sama lainnya yaitu Faktor-faktor internal, seperti faktor kelembagaan kelompok yang menyangkut masalah keanggotaan, kepengurusan, kegiatan kelompok dan mekanisme kerja kelompok, Faktor-faktor eksternal, seperti faktor lingkungan sosial-ekonomi; hubungan dengan aparat pemerintah se tempat; serta faktor dukungan lembaga bisnis setempat dan faktor-faktor yang berkaitan dengan lembaga-lembaga pendamping, seperti integritas, kompetensi, komitmen dan subsidiaritas dalam usaha mendampingi dan memfasilitasi PSM yang berusaha untuk meningkatkan kemampuannya untuk semakin berhasil 3. langkah-langkah pemberdayaan masyarakat diawali dengan tahap penyadaran terhadap masyarakat kemudian dilanjutkan dengan membekali para mitra PSM dan para end-users dengan beberapa ketrampilan mendasar Saran 1. dengan keadaan globalisasi yang semakin menuntut kesiapan masyarakat untuk menghadapinya diperlukan peran aktif dari pemerintah dalam mensosialisasikan sekaligus merangsang kegiatan pemberdayaan yang berasal dari, oleh dan untuk rakyat. 2.Agar pelaksanaa PSM betul –betul dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar tujuan yang diharapkan dari program ini yaitu masyarakat yang sejahtera tercapai. Daftar Pustaka Soetomo.2000. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. .Pemberdayaan Keluarga Miskin Dalam Konteks Globalisasi Ekonomi oleh Stanislaus Nugroho

Related Posts by Categories

Tidak ada komentar:

Posting Komentar