Bekam atau hijamah adalah teknik
pengobatan dengan jalan membuang darah kotor (racun yang berbahaya)
dari dalam tubuh melalui permukaan kulit.Perkataan Al Hijamah berasal
dari istilah bahasa arab : Hijama yang
berarti pelepasan darah kotor. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut
dengan cupping, dan dalam bahasa melayu dikenal dengan istilah Bekam.
Di Indonesia dikenal pula dengan istilah kop atau cantuk (sumber: wikipedia).
Dengan melakukan penghisapan/vakum maka
terbentuklah tekanan negatif di dalam cawan/kop sehingga terjadi drainase
cairan tubuh berlebih (darah kotor) dan toksin, menghilangkan
perlengketan/adhesi jaringan ikat dan akan mengalirkan darah “bersih” ke
permukaan kulit dan jaringan otot yang mengalami stagnasi serta merangsang
sistem syaraf perifer.
Cara bekam
Cara
melakukan Bekam :
1.
Mempersiapkan semua peralatan yang sudah disterilkan dengan alat sterilisator
standar.
2.
Mulai dengan do’a dan mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan
desinfektan (misalnya. Iodin)
3.
Dilanjutkan dengan penghisapan kulit menggunakan “kop/gelas” bekam, kekuatan
penghisapan pada setiap pasien berbeda-beda. Lama penghisapan selama 5 menit,
tindakan ini sekaligus berfungsi sebagai Anestesi (pembiusan) lokal. Diutamakan
mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan dan jangan melakukan penghisapan lebih
dari 4 titik bekam sekaligus.
4.
Dengan menggunakan pisau bedah standar kemudian dilakukan syartoh
/penyayatan (jumlah sayatan 5-15 untuk satu titik tergantung diameter kop
yang dipakai, panjang sayatan 0,3-0,5 cm, tipis dan tidak boleh terlalu dalam,
dilakukan sejajar dengan garis tubuh). Salahsatu tanda bahwa sayatannya baik
adalah sesaat setelah disayat, kulit tidak mengeluarkan darah akan tetapi setelah
disedot dengan alat maka darahnya baru keluar.
5.
Lakukan penghisapan kembali dan biarkan “darah kotor” mengalir di dalam kop
selama 5 menit.
6.
Bersihkan dan buang darah yang tertampung dalam kop dan jika perlu bisa lakukan
penghisapan ulang seperti tadi. Tidak boleh dilakukan pengulangan sayatan.
7.
Bersihkan bekas luka dan oleskan minyak habbatus sauda yang steril. Umumnya
bekas bekam akan hilang setelah 2-5 hari.
8.
Ucapkan Alhamdulillah dan rasakan keajaiban “mukjizat” medis bekam.
9.
Setiap pasien dianjurkan untuk memiliki alat bekam sendiri. Kop/alat bekam
tidak boleh digunakan untuk pasien lain pada penderita hepatitis, ODHA, dan
penyakit menular lainnya.
Ada
sekitar 12 titik utama yang disebutkan dalam hadits, selebihnya merupakan
pengembangan dari itu. Beberapa ahli bekam juga menggunakan titik akupuntur
untuk dilakukan pembekaman sedangkan yang lainnya menggunakan pendekatan
anatomi organ tubuh dan patofisiologis suatu penyakit.
Bagian tubuh yang dibekam diantaranya adalah
Titik di kepala (Ummu Mughits, Qomahduwah, Yafukh, Hammah, dzuqn, udzun), Leher
dan punggung (Kaahil, al-akhda’ain, alkatifain, naqroh,munkib), kaki (Wirk,
Fakhd, Zhohrul qodam, iltiwa’) dan lain sebagainya.
Waktu berbekam
Sebaiknya
berbekam dilakukan pada pertengahan bulan, karena darah kotor berhimpun dan
lebih terangsang (darah sedang pada puncak gejolak). Anas bin Malik
radhiallaahu 'anhu menceritakan bahwa : "Rasulullah SAW biasa
melakukan hijamah pada pelipis dan pundaknya. Ia
melakukannya pada hari ketujuhbelas, kesembilanbelas atau keduapuluhsatu."
(Diriwayatkan oleh Ahmad).
Pemilihan
waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan
penjagaan diri terhadap penyakit. Adapun untuk pengobatan penyakit, maka harus
dilakukan kapan pun pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini Imam Ahmad melakukan
bekam pada hari apa saja ketika diperlukan.
Imam
asy-Syuyuthi menukil pendapat Ibnu Umar, bahwa berbekam dalam keadaan perut
kosong itu adalah paling baik karena dalam hal itu terdapat kesembuhan. Maka
disarankan bagi yang hendak berbekam untuk tidak makan-makanan berat 2-3 jam
sebelumnya. 1. Dari Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa berbekam pada hari ke-17, 19 dan 21 (tahun Hijriyah), maka ia akan
sembuh dari segala macam penyakit.” (Shahih Sunan Abu Dawud, II/732, karya Imam
al-Albani) 2. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallaahu 'anhu, Rasulullah SAW
bersabda: “ Sesungguhnya sebaik-baik bekam yang kalian lakukan adalah hari
ke-17, ke-19, dan pada hari ke-21.” (Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani
(II/204)) 3. Dari Anas bin Malik radhiallaahu 'anhu, dia bercerita: ”
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam biasa berbekam di bagian urat merih
(jugular vein) dan punggung. Ia biasa berbekam pada hari ke-17, ke-19, dan
ke-21.” (HR, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, sanad shahih) 4. Dari Ibnu
Abbas RA, ia berkata: “Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
‘Berbekamlah pada hari ke-17 dan ke-21, sehingga darah tidak akan mengalami
hipertensi yang dapat membunuh kalian’.” (Kitab Kasyful Astaar ‘an Zawaa-idil
Bazar, karya al-Haitsami (III/388))
Ibnu Sina di dalam kitabnya Al-Qaanun mengatakan :
“Diperintahkan untuk tidak berbekam di awal bulan karena cairan-cairan tubuh
kurang aktif bergerak dan tidak normal, dan tidak diakhir bulan karena bisa
jadi cairan-cairan tubuh mengalami pengurangan. Oleh karena itu diperintahkan
melakukan bekam pada pertengahan bulan ketika cairan-cairan tubuh bergolak
keras dan mencapai puncak penambahannya karena bertambahnya cahaya di bulan”.
Bekam Menurut Pandangan Dunia
Kedokteran
Kadang orang menganggap bekam dengan sebelah
mata, karena dianggap sudah kuno atau hanya sekedar alternatif. Padahal dunia
kedokteran saat ini mulai membuktikan khasiat bekam.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa bekam bekerja dengan cara merangsang atau mengaktifkan :
(1) Sistem kekebalan tubuh
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa bekam bekerja dengan cara merangsang atau mengaktifkan :
(1) Sistem kekebalan tubuh
(2) Pengeluaran enkefalin (neurotransmitter
yang berperan dalam pengaturan rasa sakit, mood, tingkah laku, dan pengaturan
hormon).
(3) Pelepasan neurotransmitter (utk
memperlancar sistem syaraf)
(4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah
serta
(5) “The gates for pain” pada Sistem Syaraf
Pusat yang berfungsi mengartikan sensasi rasa nyeri.
Adapun mekanismenya, menurut Dr. Wadda’ A. Umar, adalah sebagai berikut: apabila dilakukan pembekaman pada titik bekam, maka akan terjadi kerusakan pada kulit, jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa mediator seperti serotonin, histamine, dan bradikinin, serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor (CRF), serta releasing factor lainnya. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin serta corticosteroid yang mempunyai efek meredakan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel.
Adapun mekanismenya, menurut Dr. Wadda’ A. Umar, adalah sebagai berikut: apabila dilakukan pembekaman pada titik bekam, maka akan terjadi kerusakan pada kulit, jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa mediator seperti serotonin, histamine, dan bradikinin, serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat pembekaman. Ini menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah. Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor (CRF), serta releasing factor lainnya. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin serta corticosteroid yang mempunyai efek meredakan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel.
Penelitian lain menunjukkan bahwa bekam pada
titik tertentu dapat menstimulasi kuat syaraf permukaan kulit yang akan
dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis melalui syaraf A-delta dan C,
serta traktus spinothalamicus ke arah thalamus yang akan menghasilkan
endorphin, suatu zat yang berfungsi dalam persepsi rasa sakit. Sedangkan sebagian
rangsang lainnya akan diteruskan melalui serabut aferen simpatik menuju ke
motor neuron dan menimbulkan refleks intubasi nyeri yang nantinya semua itu
akan mengurangi rasa sakit.
sumber: Wikipedia.com dan kaahlil.wordpress.com dengan beberapa perubahan
sumber: Wikipedia.com dan kaahlil.wordpress.com dengan beberapa perubahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar