Kamis, 27 Januari 2011


Ketersediaan infrastruktur penghubung antar pulau seperti jembatan Selat Sunda sebagai penghubung antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa merupakan Social Overhead Capital yang memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa negara yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang terbatas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional.
Apabila jembatan Selat Sunda jadi terealisasi, maka hal ini tidak terlepas juga dari gagasan yang diprakarsai oleh 15 negara Asia pada tahun 1971 akan ada sistem jaringan jalan trans-Asian Highway, disamping kebutuhan pengembangan perekonomian sub-regional Jawa-Sumatera. Ide pengembangan jaringan jalan ini merupakan wujud dari kemajuan pesat kerjasama ekonomi di kawasan Asia-Pasifik yang ditandai dengan terus meningkatnya arus barang dan penumpang yang menggunakan prasarana dan fasilitas penyeberangan antar bangsa. Wujud dari peran-serta negara yang dilintasi jaringan trans-Asian Highway dan merupakan tanggung-jawab negaranya adalah dengan meningkatkan kelancaran arus barang dan penumpang melalui pengadaan maupun pengaturan prasarana jalan dan penyeberangan ferry.
Jika Jembatan Selat Sunda ini terealisasi akan menimbulkan dampak ganda yaitu dampak langsung dengan lancarnya arus transportasi antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa sehingga perekonomian bangsa dapat meningkat dengan cepat serta dampak tidak langsung yang dapat menjadi suatu kebanggan bagi Indonesia karena banyak pihak yang beranggapan proyek ini adalah sebuah proyek mimpi belaka.

PENTINGNYA PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA (JSS)
Rencana pembangunan Jembatan Selat  Sunda  (JSS)  yang menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera semakin jelas.  Diperkirakan   tahun 2013   pembangunan fisik  akan  dimulai. Percepatan pembangunan  jembatan penghubung antara pulau Jawa dan Sumatra itu dilakukan  sebagai wujud  proyek  prioritas nasional.  Terkait  pembangunan jembatan Selat Sunda,  seluruh  elemen  masyarakat tentunya   pantas memberikan dukungan dan dorongan. Karena pembangunan  ini bukan hanya   untuk kepentingan daerah Lampung  dan Banten saja, yang secara geografis berdekatan langsung dengan  lokasi.
Namun demikian yang lebih utama adalah  untuk kepentingan Nasional, khususnya  dari segi ekonomi. Untuk segera  terealisasi pembangunan  tersebut bila perlu  pemerintah    memajukan lebih awal  JSS, yakni   menjadi  2012 dari  rencana awal   tahun 2013. 
Saat ini, selain menargetkan untuk membangun JSS, pemerintah juga mulai mengambil ancang-ancang untuk bekerja sama dengan Malaysia dalam pembangunan Jembatan Selat Malaka. Terkait dengan rencana pembangunan dua buah jembatan tersebut pemerintah diharapkan  lebih  memprioritaskan pembangunan JSS daripada  pembangunan  Jembatan Selat Malaka, meski  Malaysia  telah  siap  melakukan kerjasama  dengan memberi pinjaman sebesar  21,75 miliar dolar AS. Karena mempercepat  pembangunan  JSS,    jelas mempunyai  nilai strategis  bagi perekonomin Indonesia.
PERENCANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA (JSS)
Jembatan Selat Sunda merupakan sebuah mega proyek yang telah digaungkan sejak tahun 2004. Banyak pihak yang beranggapan proyek tersebut hanyalah proyek mimpi karena biaya yang akan dikeluarkan sangat luar biasa jika dibandingkan dengan kemampuan perekonomian bangsa kita saat ini. Namun, pemerintah beranggapan bahwa dengan pembangunan JSS ini akan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia jangka panjang.
Jembatan dengan panjang hampir 30 kilometer (km) ini ditargetkan selsai dengan masa pembangunan 8-9 tahun, jembatan ini mengadopsi jembatan yang menjadi benchmark Italia. Sedangkan jarak antar tiang diperkirakan selebar 2,2 km dengan enam ruas, tiga ruas di kiri dan tiga ruas di kanan. Perencanaan JSS ini harus benar-benar direncanakan dengan matang karena proyek ini sangat berisiko kegagalan ataupun kerugian besar. Pemerintah perlu mempelajari akibat gagal dan terbengkalainya beberapa proyek mercusuar di dunia yang menimbulkan ketidakpastian karena kurangnya perencanaan. Proyek tersebut antara lain Millenium Dome di London selalu terlambat. Sementara Eurotunnel penghubung Dover-Calais biayanya membengkak dari 2.600 miliar poundsterling menjadi 4.650 miliar poundsterling. Jika hal tersebut terjadi di Indonesia, dari mana uang tersebut didapat untuk menutupinya?.
Hal yang menjadi   pertanyaan sekarang, sudah sejauh manakah kesiapan   pemerintah  memperhitungkan  mega proyek ini? Inilah   yang harus dipikirkan  secara matang dan cermat oleh pemerintah.  Karena bagaimanapun juga,   dana   untuk  pembangunan mega proyek  sebesar JSS   bukanlah   sedikit.
Beberapa studi awal telah dilakukan dan dapat dipakai sebagai acuan untuk studi lebih lanjut. Studi-studi ini telah dilakukan baik oleh pihak Departemen Pekerjaan Umum maupun oleh BPPT dan pihak PLN (sehubungan rencana pembangunan interkoneksi jaringan listrik Sumatera dan Jawa). Studi engineering awal juga telah dilakukan oleh pihak JICA-Expert (Japan International Cooperation Agency) yang diperbantukan pada Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum (pada waktu itu).
Sasaran dari studi awal yang ingin dicapai adalah kemungkinan pembangunan sarana penghubung antara pulau Jawa dan Sumatera. Dan agar diperoleh sasaran studi yang memadai dan relevan, maka dalam pelaksanaan studi ini harus mencakup studi perbandingan antara alternatif konstruksi jembatan (single deck maupun double deck) dengan alternatif konstruksi terowongan sebagai tindak lanjut pengembangan penyeberangan ferry Selat Sunda dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya jaringan kereta api, jaringan jalan raya serta kombinasi antara kedua jaringan tersebut.
Studi awal mengenai kelayakan penyeberangan Jawa-Sumatera yang komprehensif telah dilakukan oleh Prof. Wiratman, W. pada tahun 1996. Disimpulkan bahwa dari tiga alternatif sarana penyeberangan Selat Sunda: terowongan di bawah dasar laut, terowongan terapung dan jembatan panjang, maka selama pembuatan jembatan memungkinkan alternatif ini yang termurah dan memberikan berbagai keuntungan baik ditinjau dari aspek keamanan konstruksi maupun tahapan operasionalisasi, dibandingkan alternatif pemba-ngunan terowongan. Lebih lanjut, untuk pembangunan jembatan dengan bentang ultra-panjang, saat ini sudah tersedia teknologi jembatan gantung generasi ke-3.  Dengan menggunakan teknologi ini dan berdasarkan data harga jembatan Selat Messina (Italia), pembangunan jembatan Selat Sunda dengan panjang total 27,4 km (15 mil laut) diperkirakan memerlukan biaya sampai US$ 7.0 milyar (lihat peta).
Selanjutnya, menurut laporan JICA-Expert, pemilihan mode transportasi pada jembatan Selat Sunda tergantung pada pengembangan bagian selatan Pulau Sumatera dan bagian barat Pulau Jawa, disamping dipengaruhi biaya konstruksi dan skema pembiayaan. Tanpa ditunjang sistem jaringan jalan yang handal pada kedua ujung pulau (jalan-raya/kereta-api), penyeberangan tidak akan memberi-kan volume lalu-lintas yang cukup untuk mengembalikan biaya investasi. Lebih lanjut, dari studi JICA-Expert, sistem jaringan jalan darat sangat diperlukan untuk dibenahi terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembangunan penyeberangan secara permanen.


HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA (JSS)
Pembangunan JSS ini adalah sebuah mega proyek yang berpotensi menimbulkan banyak resiko yang mengancam. Banyak aspek yang berpotensi menimbulkan hambatan dalam realisasi proyek ini diantaranya  masalah yang berasal dari aspek sosial, ekonomi, pendidikan bahkan politik.
a) Aspek Sosial
Aspek sosial yang mungkin akan menjadi hambatan adalah adanya isu putra daerah yang ingin juga mengambil bagian dalam proyek ini. Ditakutkan pembangunannya akan menjadi terhambat karena mereka merasa harus dapat bagian dalam proyek ini. Dan akhirnya mereka hanya akan menjadi supir, ataupun seorang pedagang. Hal ini tentu sangat tidak diharapkan karena pembangunan JSS ini tidak boleh main-main dan harus dikerjakan oleh orang atau pihak yang benar-benar ahli.
b) Aspek Ekonomi
Dalam laporan pra studi kelayakan diperkirakan proyek JSS ini akan menelan biaya sekitar Rp 250 triliun. Angka ini merupakan dana yang sangat besar jika dibandingkan dengan anggaran sebelumnya sebesar Rp 117 triliun. Menurut Guru Besar Riset Operasi dan Optimasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Daniel Rosyid bahwa menetapkan prioritas pembangunan dan anggaran sangat diperlukan. Apalagi saat ini banyak infrastruktur lain yang lebih penting belum terbangun, selain masih lebarnya ketimpangan pembangunan antara Indonesia Timur dan Barat.
c) Aspek Keamanan
Aspek selanjutnya adalah aspek keamanan dari penggunaan JSS ini kelak. Hal yang menjadi hambatan dalam realisasi jembatan ini adalah ketakutan akan meletusnya Gunung Anak Krakatau seperti pada tahun 1883. Namun saat itu Gunung Krakatau berada 2.000 meter di atas laut. Sedangkan Gunung Anak krakatau hanya 200-300 meter, jadi bukan merupakan ancaman yang terlalu besar. Namun untuk mengantisipasinya, akan dibutuhkan teknologi, untuk merelease kekuatannya, sehingga ketika dia meletus kekuatannya sudah melemah. Selain itu juga ada faktor tumbukan lempeng yang berpengaruh terhadap keamanan jembatan nantinya.
Aspek keamanan yang juga tampak menjadi kendala adalah dikhawatirkan nanti nya ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang mencuri baut-baut atau besi-besi jembatan lainnya seperti kasus-kasus pencurian baut dan sambungan rel kereta api akhir-akhir ini. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap keamanan pengguna jembatan nantinya. Selain itu kendala kapal-kapal besar yang lewat masih menjadi perhatian.
d) Aspek Politik
Dari segi politik juga akan timbul kendala, karena ada kendala akan perjanjian internasional untuk meyakinkan bahwa jembatan ini sudah memenuhi standar internasional. Untuk itu akan diadakan feasibility study (FS) selama kurang lebih 2-3 tahun. Proyek JSS ini juga terkendala payung hukum untuk merealisasikannya. Hingga saat ini kita masih  menunggu payung hukum dari Menteri Perekonomian Hatta Rajasa yaitu  Kepres no.36 tentang pembuatan Jembatan Selat Sunda.

 KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan tersebut, maka kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa pembangunan Jembatan Selat Sunda ( JSS ) berpotensi untuk meningkatkan kelancaran dalam menyeberangi Selat Sunda sehingga laju perekonomian khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera dapat meningkat pesat. 
SARAN
1)      Pemerintah perlu merencanakan dengan matang mega proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) ini karena anggaran dana negara yang dibutuhkan sangat besar sehingga risiko hambatan dan  kegagalan dapat diminimalisir.
2)      Pemerintah perlu mengadakan studi banding ke negara maju yang telah sukses dalam membangun jembatan penyeberangan antar selat seperti Jepang.
3)      Pemerintah perlu  menetapkan dengan cermat pihak-pihak mana saja yang harus terlibat dalam pengerjaan mega proyek ini agar pengerjaan pembangunan ini benar-benar dikerjakan oleh pihak yang benar-benar ahli.

Related Posts by Categories

Tidak ada komentar:

Posting Komentar