Minggu, 07 Agustus 2011

From Zero to Hero Versi Wapa Manggala



Jika anda seorang anggota pecinta alam, apa yang membuat anda begitu tertarik memutuskan untuk bergabung ke dalam organisasi tersebut?.
Kesenangan?,
Self Actualization?, (sorry, sindrom kebarat-baratan saya lagi kambuh..)
Pengen dianggap keren?
Atau ada tujuan yang lebih filosofis lagi?
Ada, jawabannya..
Bukan bermaksud untuk berfilosofaria ataupun memfilosofisasikan sesuatu yang mungkin anda anggap gak penting untuk difilosofiskan. Tapi menurut saya, entah menurut anda bahwa segala sesuatu itu dapat untuk diangkat nilai filosofisnya.
Sebagai bekal untuk bekerja di daerah kelak.. lho kok? Apa hubungannya Wapa dan pecinta alam dengan dunia birokrasi?.
Ada, setidaknya bagi saya pribadi. Wapa Manggala sebagai organisasi pecinta alam berfungsi ganda yaitu sebagai tempat bercanda ria dengan alam dan sebagai tempat untuk belajar berbirokrasi, birokrasi yang sederhana dulu tentunya. Emang di Wapa ada birokrasi? Harusnya sih gak ada. Cuma berhubung Wapa itu ada di IPDN, maka Wapa harus menyesuaikan dengan tradisi membirokrasikan segala sesuatu.
Yah, itulah derita saya di Wapa. Sebagai seorang sekretaris di Wapa saya harus tahu dengan alur birokrasi di IPDN yang katanya miniatur dari birokrasi di daerah. Kenapa nggak, dikit-dikit buat surat, dikit-dikit minta tanda tangan, minta surat sama tanda tangan kok dikit-dikit.
Menjadi sekretaris merupakan keinginan saya?.  Sumpili, sumpah tiga kali, saya korban paksaan dari kakak Wayang Kerta dua tahun yang lalu!!!. Ga tau angin dari mana, kenapa harus saya?, padahal saya gak punya keahlian apa-apa di Wapa, selain ahli ngambil Heerr. Saya mencium ada konspirasi dalam hal pengangkatan saya sebagai sekretaris Wapa Manggala Angkatan XI. Ya, suatu konspirasi yang sistematis.
Ga da pilihan lain selain, Siap Kak!!!. Tahta Sekretaris Wapa pun berpindah dari Kak Riyadus Salihin kepada Teguh Ilham. Sialnya nasib ku, mungkin begitu pikiran ku ketika harus berkasak-kusuk bolak balik dengan rute Warnet (buat ngeprint surat)-Pengasuhan putra-Pengasuhan putri-Kabag ekskul-Karo III – Warnet lagi (disuruh revisi sama karo) – Pengasuhan putra – Pengasuhan putri – Kabag Ekskul – Karo III – Purek III/Rektor.
 Horee.. Kalo udah nyampe rektor. KSP, I’m Comiiiiiiinggg !!!. From Set Bawah to KSP.
Tau gak, hal yang paling nyesek menjadi seorang sekretaris. Kalo surat udah kita urus, tiba-tiba ketua seenaknya aja batalin acara. Sumpe lo,, Grrrrhh....Untung di IPDN udah gak boleh lagi kekerasan..
Yah, begitulah saya hingga saat ini. banyak suka dan duka menjadi seorang sekretaris Wapa, walaupun duka nya jauh lebih banyak. Bener banyakan dukanya?
Ga juga ternyata, bentar lagi tahta  pun segera berpindah. Masih banyak hal yang belum saya pelajari dari belantara birokrasi di Set Bawah. Bagaimana cara melobi pak Rektor dan jajarannya ke bawah sampai ke petugas laundry belum saya pelajari sepenuhnya. Yaah, itulah penyesalan, datangnya gak di awal-awal sih. Trus siapa yang salah. Ya si penyesalan lah. Masak saya.
Paragraf di bawah ini agak serius,
Any way,, Menjadi seorang sekretaris Wapa ku sadari merupakan langkah awal ku dalam membiasakan diri dengan kondisi kerja nanti, bekerja di bawah tekanan dan tantangan, tak lupa juga rintangan. Bersiap-siap jika nanti harus dihardik atasan (boleh-boleh aja, asal gak pake kuah), kerja gak dihargai, dan sebagainya yang bisa membuat orang lain down kayak di smack down.
Lalu apakah hanya mental siap ditekan yang saya peroleh dari pengalaman menjadi seorang sekretaris Wapa? Bukan itu yang terpenting.
Lalu?
Banyak ilmu yang saya peroleh dari urusan surat-menyurat, kalo bahasa undang-undang nya Tata Naskah Dinas. Mulai dari bikin surat pengantar sampai dengan membuat proposal sudah saya laksanakan walaupun hingga saat ini koreksian masih sering saya dapati.
Di Wapa lah saya mengerti sedikit tentang konsep Tata Naskah Dinas, sekali lagi saya tekankan di Wapa, bukan pada jam Pelatihan karena saya sering ketiduran pada saat itu.
Hubungannya dengan “From Zero to Hero” ?
Yah, saya menganggap menjadi sekretaris Wapa merupakan starting point (ciee,, mulai lagi) saya untuk belajar menjadi seorang birokrat. Yang namanya karir perlu ada rencana. Dan rencana karir saya awali dari sini. Bekal dari sekretaris Wapa buat jadi sekretaris lurah. Bekal dari sekretaris lurah buat jadi sekretaris camat. Bekal dari sekretaris camat buat jadi sekretaris daerah kota (gw kan dari kota, ciee). Dari sekretaris daerah kota buat bekal jadi sekretaris daerah provinsi. Setelah di provinsi? Semoga tembus ke pusat. Amiiiiinnn...
Apa sih yang tak mungkin di dunia ini? *ilham_simabua @cipondok, 8 Agustus 2011

Related Posts by Categories

3 komentar: