PL 1 di Bojong Haleuang |
Jika
ingin memiliki saudara yang tersebar di 33 provinsi, dan di kabupaten/kota di Indonesia maka jadilah
praja. Memang demikian adanya, karena setiap tahunnya IPDN rata-rata menerima
1000 orang putra-putri terbaik bangsa untuk dididik di Lembah Manglayang IPDN.
Itu berarti praja IPDN mempunyai potensi yang besar untuk bisa mengenal dan
berteman dengan seluruh praja yang mempunyai beraneka ragam suku, budaya,
agama, dan bahasa daerah.
Salah
satu kultur/ tradisi yang hingga kini masih dilestarikan dan patut untuk
dikembangkan yaitu adanya suatu kewajiban untuk menghapal dan
mengetahui/mengenali praja lain, baik itu senior dan teman satu kontingen (satu
provinsi), satu barak (wisma), ataupun satu kelas. Setiap praja wajib tahu nama
beserta asal pendaftarannya masing-masing. Akan ada tindakan dari pengasuh yang
akan diterima jika ada praja ada yang tidak hapal nama-nama mereka. Selain
tindakan hukuman yang diberikan, praja yang bersangkutan akan dicap sebagai
praja yang apatis.
Banyak
makna filosofis yang terkandung dalam tradisi wajib kenal ini. Diantaranya agar
tercipta hubungan yang baik dan harmonis antar sesama praja sehingga peluang
terjadinya clash/ konflik antar praja
dapat diminimalisir. Di IPDN setiap praja adalah bersaudara karena mereka yang
berasal dari Sabang sampai Merauke merupakan anak negara. Setiap praja
mendapatkan perlakuan dan fasilitas yang sama, seragam yang sama hingga ukuran
rambut yang sama. Hal ini dimaksudkan agar tercipta semangat korsa dan
persatuan.
Praja
IPDN dituntut untuk dapat menjadi miniaturnya rakyat Indonesia yang ideal.
Setiap praja juga harus mampu menjadi perekat bagi keutuhan NKRI karena telah
dididik dengan jiwa nasionalisme yang tinggi. Rasa kebersamaan dan persaudaraan
tersebutlah yang merupakan bagian dari social
capital (modal sosial).
Dalam
kaitannya dengan kehidupan praja di IPDN, Social
capital terdiri dari 3 (tiga) unsur yang membangunnya, yaitu trust (kepercayaan), norm (norma), dan network (jaringan).
1.
Trust (Kepercayaan)
Kepercayaan
merupakan modal yang sangat penting dan pokok bagi kehidupan sehari-hari praja
di kampus. Kondisi kehidupan praja dengan pola asrama akan menimbulkan potensi
konflik yang besar. Sikap saling curiga-mencurigai akan muncul jika antara satu
praja dengan praja lainnya tidak saling percaya. Akibatnya timbul
ketidaknyamanan hidup di wisma/asrama. Di sinilah letak pentingnya terjalinnya
kepercayaan antar praja. Dengan adanya kepercayaan maka tidak akan ada lagi
rasa buruk sangka dengan praja lain. Tidak akan ada lagi yang merasa terancam
keamanan barang-barangnya karena takut diambil oleh praja lainnya.
2. Norm (Norma)
Norma
merupakan modal sosial yang juga mendukung terciptanya keadaan yang kondusif
sebagai sarana untuk membedakan hal mana yang dianggap baik/wajar dan hal mana
yang dianggap menyimpang. Salah satu norma yang penting sekali dalam menjaga
hubungan baik antar praja adalah norma kesusilaan. Norma kesusilaan yang
mengajarkan praja untuk bertindak sesuai dengan nurani sehingga dalam bertindak
setiap praja harus mempertimbangkan baik buruknya akibat yang ditimbulkan sekiranya
perbuatan itu dikerjakan.
3. Network (Jaringan)
Telah
disampaikan sebelumnya bahwa salah satu kelebihan menjadi praja adalah
mempunyai saudara dari setiap daerah di Indonesia. Hal itu merupakan suatu
modal besar yang dimiliki praja dalam memperluas sekaligus memperkuat jaringan.
Pentingnya unsur yang ketiga ini dapat kita pahami dalam contoh kehidupan
sehari-hari praja. Contohnya dengan luasnya jaringan jika seorang praja
membutuhkan buku tertentu untuk mengerjakan tugas maka ia dapat meminjam kepada
praja lain yang punya buku tersebut, begitu juga jika teman lain tersebut
membutuhkan buku yang lain maka ia juga akan meminjam buku kepada praja lain yang
mempunyai buku tersebut. Contoh lain dapat kita lihat ketika masa cuti/liburan
tiba. Seorang praja yang mempunyai hubungan dan jaringan baik dengan praja lain
maka ia tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak jika ingin pergi liburan ke
suatu daerah. Ia cukup menghubungi teman yang berasal dari daerah tersebut maka
segala bentuk bantuan mulai dari tempat tinggal, transportasi, ataupun beban
akomodasi lain akan berkurang. Begitu pun ketika bertugas nanti. Jika seorang
purna praja ditugaskan ke suatu daerah maka hal yang harus terlebih dahulu
dilakukannya adalah menghubungi temannya yang berasal dari daerah tersebut
sehingga kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi akan dapat terbantu dengan
adanya teman di sana.
Itulah
mengapa pentingnya suatu Social Capital bagi
kehidupan seorang praja. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai kesuksesan
tidak hanya dibutuhkan modal kepintaran ataupun modal uang. Tapi ada modal lain
yang tak kalah pentingnya yaitu modal sosial (Social Capital) yang di dalamnya terdapat trust (kepercayaan), norm (norma),
dan network (jaringan). Dari berbagai
contoh di atas dapat kita ambil suatu teori bahwa semakin tinggi Social Capital yang dimiliki oleh
seorang praja maka akan semakin rendah Transactional
Cost yang dibutuhkan untuk melakukan suatu tindakan/kegiatan tertentu. *ilham
simabua
banyak manfaat yg dapat dipetik dari artikel diatas untuk dipraktikkan dalam kehidupan bermasyarakat
BalasHapus-aried fazriansyah-