Gambar : google.com |
Mbah Marijan memang telah pergi.
Tapi jejak keteladanan dan pengabdiannya begitu membekas ke seluruh negeri yang
sedang diselimuti kabut krisis kepercayaan stadium empat ini. Sosok Mbah
Marijan dianggap suatu sosok yang teguh pendirian dan penuh tanggung jawab
dalam mengemban amanah. Namanya muncul ke permukaan sejak tahun 2006 karena
mampu tampil sebagai juru kunci yang mampu meramalkan keadaan Merapi dan mampu
tampil di garis terdepan dalam menghadapi bencana tersebut. Akibat
keberaniannya itu ia dihormati dan dituruti kata-katanya oleh warga sekitar
Gunung Merapi. Ini adalah pelajaran pertama dari Mbah Marijan bagi bapak-bapak
anggota DPR yang terhormat.
Ia dianggap sebagai pemimpin yang
rendah hati dan sederhana. Bayangkan gajinya saja hanya Rp. 5.600,00 sebulan!!.
Itu merupakan gaji bersihnya. Mbah Marijan tidak tidak mengenal apa itu
Remunerasi, apa itu tunjangan lauk-pauk, dan apa itu gaji ke-13. Itulah dia
keikhlasan yang hakiki. Ini adalah pelajaran ke dua dari Mbah Marijan kepada
bapak-bapak anggota DPR yang bergaji tinggi.
Memang sungguh miris hati kita
melihat dan mendengar rencana anggota DPR mau belajar etika ke Yunani. Sungguh,
negeri ini masih kaya akan putra-putri nya yang memiliki keteladanan tinggi
yang patut dijadikan objek studi banding. Tapi sayang, mereka semakin
terpinggirkan dan terabaikan. Mbah Marijan mungkin berpendidikan rendah.
Jangankan ke Yunani, ke ibukota kabupaten saja mungkin Ia tidak sanggup untuk
sekolah. Tapi kenapa praktek etikanya begitu teramalkan?. Ini pelajaran ketiga
bagi bapak-bapak DPR yang masih keukeuh mau “belajar” ke kampung
nya Socrates.
Memang Mbah Marijan tidak bisa
menjelaskan kepada anggota DPR tentang bagaimana etika dan tata tertib dalam
legislasi negara. Mungkin ia tidak paham dengan bagaimana proses persidangan
yang baik dan benar. Tapi jika (dulu) beliau ditanya bagaimana seharusnya
menjadi manusia beretika pasti beliau akan menjelaskannya panjang lebar. Beliau
akan menjelaskan bagaimana menyenangkan hati rakyat. Baliau juga mungkin akan
menyarankan agar jangan jauh-jauh belajarnya. Cukup belajar dengan
profesor-profesor kita yang jumlahnya sudah banyak. Dan mungkin ketika rohnya
sudah di leher, beliau akan menyampaikan pesan terakhir untuk semua pemimpin
bangsa ini. Jadikanlah tugas itu beban barat yang akan dimintai
pertanggungjawabannya di hadapan Sang Pencipta. *teguh ilham 28 oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar