Innalillahiwainnailaihiraajiuun…
sumber : facebook |
Itulah kalimat pertama yang terucap ketika mendengar
kepastian kabar bahwa telah meninggal dunia salah seorang sahabat terbaik kami.
Kabar tentang meninggalnya Nindya Praja Rinra Sujiwa Syahrul Putra diketahui
ketika Bagian Pengasuhan IPDN mengumpulkan seluruh satuan nindya praja asal
pendaftaran Provinsi Sulawesi Selatan di Posko Pusat Pelayanan Nusantara pada
pagi tanggal 31 Januari 2011. IPDN kembali ditimpa masalah. Banyak spekulasi
beredar di kalangan masyarakat. Sebagian besar kembali mengait-kaitkan dengan
lembaran kelam IPDN masa lalu. Teriakan lantang menggugat lembaga pendidikan
kedinasan ini pun kembali bergaung. Mereka tanpa perlu tahu dulu apa penyebab
meninggalnya praja tersebut.
Media seakan berlomba memberitakan setiap kejadian
tentang lembaga ini dan respon dari masyarakat pun tinggi. Wajar, kerena
lembaga ini adalah milik bangsa Indonesia
yang dibiayai 100 persen dari uang negara. Juga wajar jika rakyat Indonesia
menginginkan agar lembaga ini tidak dengan sia-sia memakai dana negara yang
begitu besar dalam mencetak kader pemimpin mereka. Kontrol dari masyarakat
sebagai pemilik penuh lembaga ini memang sangat dibutuhkan sekali demi
tercapainya tujuan lembaga ini didirikan. Tapi adalah suatu ketidakwajaran jika
sebagian dari mereka (oknum) menuduhkan hal yang macam-macam terhadap suatu
kejadian di lembaga ini. Kasus meninggalnya praja bukan lah hal yang pertama
kali terjadi di IPDN. Kasus kematian praja sudah ada sejak pertama kali nya
IPDN (dulu STPDN) berdiri. Ada
yang meninggal memang karena kekerasan dan ada juga yang meninggal karena
hal-hal yang wajar seperti karena sakit, bencana alam seperti Tsunami (di
Aceh), ataupun kecelakaan.
Pada hari senin, tanggal 31 Januari kemarin pihak yang
berwenang telah mengumumkan kepada publik tentang penyebab meninggalnya Rinra
bahwa ia meninggal murni akibat penyakit yang dideritannya. Keterangan tersebut
tidak hanya berasal dari keluarga Rinra, pihak keluarga pun telah menyampaikan
bahwa memang benar Rinra memiliki riwayat penyakit tersebut.
rinra dan ayahanda tercinta, |
Saya ingin mengklarifikasi kembali. Setiap tahunnya IPDN
menerima sekitar 1000 orang praja. Karena di IPDN ada empat tingkat maka jumlah
praja mencapai 4000 orang. Kemungkinan ada praja yang meninggal di antara
jumlah total praja yang sangat banyak tersebut tentu ada. Tidak ada yang bisa
menjamin dengan jumlah yang sebesar itu bahwa praja IPDN tidak ada yang
meninggal selama pendidikan. Yang
menjadi masalah bukanlah kematiannya tapi apa penyebab kematian praja tersebut.
Garis tangan setiap manusia siapa yang tahu. Ajal
menjemput tanpa perlu tahu siapa kita, anak siapa kita, ataupun sudah berapa
umur kita. Terkadang kita tidak sadar bahwa ajal itu bisa saja datang menjemput diri kita sendiri,
saudara, teman, anak, ataupun orang tua kita sendiri. Kemarin hari Minggu
tanggal 30 Januari 2011 salah seorang sahabat terbaik kami Nindya Praja Rinra
Sujiwa Syahrul Putra telah mengembuskan nafas terakhirnya. Tidak ada yang menyangka
praja utusan Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan ini akan pergi secepat
itu. Pada hari Jum’at tanggal 28 Januari ia izin ke luar kampus. Ia pulang
untuk menemui keluarganya di Makassar. Mungkin ini adalah kuasa tuhan yang
menyempatkannya untuk bertemu dengan keluarga tercinta sebelum dipanggil oleh
Yang Kuasa. Praja yang biasa dipanggil Daeng Rinra itu sehari-harinya masih
terlihat sehat dan tidak ada menunjukkan suatu kejanggalan apapun. Tidak ada
satu pun teman sewismanya (Wisma Nusantara 9 Bawah) yang mengetahui bahwa Rinra
ada masalah dengan kesehatannya.
Semasa menjadi praja ia dikenal termasuk praja yang
aktif dalam organisasi praja dan memegang jabatan yang strategis. Terakhir ia
menjabat sebagai Koordinator Wapa Manggala ( Organisasi pecinta alam IPDN) dan
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Praja. Ia secara pribadi saya kenal sebagai
sahabat yang senang menolong teman dan senang bercanda. Ia memang anak
gurbernur Sulawesi Selatan tapi ia tak pernah berlindung di balik jabatan
ayahnya tersebut. Setiap orang yang pertama kali mengenalnya akan sulit percaya
bahwa ia adalah anak orang nomor satu di Sulawesi Selatan. Kesederhanaan,
itulah kesan saya terhadap Rinra.
Itulah Rinra, takdir Tuhan tidak mengantarkan mu menjadi
seorang purna praja yang dengan gagah memakai pin purna praja di dada kiri mu.
Kau meninggalkan kampus ini dengan cepat. Kematian mu boleh menjadi bahan
pembicaraan oleh orang di luar sana .
Mereka boleh menuduh macam-macam lembaga ini lagi. Tapi, mereka tidak pernah
tahu bagaimana kehidupan kita di sini sebenarnya. Bagaimana kita ditempa oleh
para pengasuh, dosen, dan pelatih dengan keras. Bagaimana kita melewati
hari-hari yang penuh perjuangan ini dengan tidak sia-sia. Andai Tuhan memberimu
kemampuan untuk bicara, pasti akan kau ceritakan hal yang sebenarnya kepada
mereka. Pasti kau akan dengan tegas dan tak kalah lantangnya memberikan
penjelasan kepada mereka. Tapi Tuhan tak memberikan izin itu, kau dibiarkan
tenang di alam sana .
Tugas mu telah selesai sekarang kawan. Kau telah dipanggil-Nya. Hanya doa yang
dapat kami panjatkan dari bumi Jatinangor ini.
Satu hal lagi yang harus kau ketahui Rin, keinginan mu
untuk mengadakan papan panjat di IPDN akan terus kami perjuangkan sebagai
hadiah dari kami anggota Wapa Manggala bagi mu. Ilham simabua 2 Februari 2011
meskipun sampai saat ini masih susah untuk percaya kalau ia tlah berjumpa Tuhan mendahulii kita, tapi Rinra akan hidup di hati kita selamanya..
BalasHapussemangat untuk perjuangkan papan panjat yaa..
semangat angkatan XIX ku.!!
*uda teguhh : like this blog. materi kuliah kita masukin juga ya. buat bahan belajar juga. hihi,
raga nya memang telah pergi, tapi jiwa nya masih terasa hingga saat ini..
BalasHapusthks ya mbak.. hehe
kalau gak salah hari ini alm kak "Rinra Sujiwa Syahrul Putra"
BalasHapusulang tahun yaa..