Alam
sudah mulai tak lagi bersahabat. Berbagai macam “sinyal” tanda bahaya pun telah
dikirimkan kepada seluruh makhluk di muka
bumi ini. Mulai dari gunung meletus yang memuntahkan lahar panas tanpa ampun
kepada siapa saja yang berada di sekitarnya, gempa bumi yang
memporak-porandakan apa saja yang dilaluinya, hingga Tsunami yang
meluluh-lantakkan apa saja yang dihempasnya. Tidak cukup puas sampai di situ,
alam pun terus menambah kekuatan “sinyal” nya dengan
meningkatnya suhu bumi, menurunkan hujan asam dan semakin melebarnya lapisan
Ozon. Isu-isu baru (emerging issue) pun mulai bermunculan seperti e-waste, B-3 (bahan berbahaya beracun)
dan perubahan iklim yang berdampak serius terhadap kesehatan manusia. Alam
telah menampakkan murkanya akibat ulah manusia sendiri. Apakah masih teringat
oleh kita peristiwa longsornya
timbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang, Bekasi, di TPA
Leuwigajah, Cimahi, dan di TPA Rancamaya, Bogor beberapa tahun lalu yang
menewaskan puluhan orang dan merusak permukiman penduduk di sekitarnya. Peristiwa
ini benar-benar murni akibat ulah manusia sendiri.
Kehidupan
manusia sedang terancam, mungkin itulah pesan yang hendak disampaikan oleh alam
melalui rentetan peristiwa alam yang fenomenal tersebut. Banyak yang
menyadarinya tapi tak kalah banyak juga manusia yang tidak sadar ataupun berpura-pura
tidak sadar. Buktinya, penambangan tanpa batas terus dilakukan, illegal logging (seolah) tanpa aturan pun terus dibiarkan,
penangkapan ikan tanpa mempertimbangan kelestarian ekosistem pun terus
dilaksanakan dan masih banyak lagi perbuatan “sengaja” manusia lainnya yang
“sangat membantu” bagi penguatan “sinyal tersebut. Perbuatan tersebut
seolah-olah wajar dengan berlindung di balik tameng alasan demi meraup untung
yang sebesar-besarnya.
Kita
sungguh telah terlalu egois dan serakah dengan alam ini. Eksploitasi kekayaan
alam sudah tidak lagi memperhatikan batas kewajaran. Apakah tidak terfikirkan
oleh kita bagaimana nasib anak cucu kita kelak jika mendapati alam yang kita
tinggalkan sudah rusak?. Kita harus benar-benar sadar bahwa kekayaan alam yang
kita nikmati saat ini adalah titipan dan amanah dari mereka.
Banyak
cara yang dapat kita lakukan untuk alam ini. Siapapun kita, apapun pekerjaan
kita, kita bisa memberikan sumbangsih bagi kelestarian alam ini. Mulai dari
diri sendiri dan keluarga kita bisa mulai membiasakan untuk tidak membuang
sampah sembarangan, tidak boros menggunakan BBM ataupun mulai membudayakan
kegiatan menanam pohon. Jangan pernah sekali-kali kita berfikir bahwa usaha
kecil yang kita lakukan tidak akan ada artinya bagi kelestarian alam ini. Hasil
penelitian Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (2004)
menunjukkan, jika setengah dari sampah organik didaur ulang menjadi kompos
secara individual, pengurangan volume sampah bisa mencapai 32,5 persen dari
total volume sampah.
Isu Lingkungan sebagai Tren Baru
Memang
sudah sering kita lihat dan perhatikan berbagai macam kampanye tentang
pentingnya pelestarian lingkungan. Berbagai macam isu lingkungan telah banyak
dituangkan ke dalam spanduk-spanduk, baliho-baliho, ataupun berbagai macam
iklan di media cetak dan elektronik. Berbagai perusahaan dan industri pun
gencar mengangkat tema isu lingkungan untuk melarismaniskan produknya. Kita
bisa memperhatikan perkembangan kecenderungan tren akhir-akhir ini. Hampir
seluruh majalah dari mulai majalah politik bahkan fashion magazine menyediakan
segmen tentang lingkungan hidup, banyak event – event yang mengangkat tema
lingkungan hidup, retail market berlomba menawarkan berbelanja cara hijau.
Slogan menjaga lingkungan kini berserakan seperti selebaran toko yang
memberitahukan produk dengan harga diskon. Sebuah perkembangan yang seharusnya
memberikan para ahli lingkungan dan kaum peduli lingkungan bisa bernafas lega. Tapi,
sudah berapa efektifkah gerakan tersebut untuk mengimbangi laju kerusakan
lingkungan?. Ataukah momen tersebut hanya dijadikan sebuah tren baru dalam
memasarkan produk?
Kerugian Besar Akibat Ketidakpedulian
terhadap Alam
Berikut
ini adalah beberapa data yang diperoleh dari beberapa sumber yang menyebutkan
berbagai macam kerugian yang telah diciptakan akibat dari ketidakpedulian kita
terhadap alam:
Menjelang
akhir abad ini, lebih dari 50.000 jenis tumbuhan akan mengalami kepunahan, dan
hampir 4.000 spesies vertebrata endemic berpotensi hilang. Sementara sekitar 60
persen ekosistem dunia dari hutan dan lahan sampai karang laut serta sabana
akan mengalami kerusakan serius. ( demikian peringatan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono yang disampaikan dalam pidato pembukaan Pertemuan Sesi Khusus ke-11
Global Ministerial Enviroment Forum atau Forum Global Para Menteri
Lingkungan Hidup di Nusa Dua Bali tahun 2010).
Juga
dalam acara tersebut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyampaikan bahwa
pada tahun 2008, nilai ekonomi yang hilang karena penurunan nilai dan
pertumbuhan ekonomi akibat penyusutan kekayaan alam diperkirakan mencapai 50
miliar Dollar Amerika. Akibatnya sangat jelas kita tidak dapat mengurangi
tingkat kemiskinan secara efektif.
Menteri
Lingkungan Hidup Gusti M Hatta menyatakan laju kerusakan lingkungan pulau-pulau
di Indonesia mencapai 1,1 juta hektare setiap tahunnya. Kerusakan lingkungan
terjadi di sejumlah kawasan hutan lindung dan konservasi akibat aktifitas
perambahan dan pertambangan batu bara.
Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Bahkan
salah satu studi melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat
polusi udara tertinggi ketiga di dunia. World Bank juga menempatkan Jakarta
menjadi salah satu kota dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah
Beijing, New Delhi dan Mexico City.
Asian
Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia
menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun.
Beberapa
fakta tersebut masih merupakan bagian kecil dari banyak fakta lain tentang
berbagai kerusakan lingkungan. Akibat ulah manusia tersebut telah banyak
dirasakan oleh kita sendiri. Kita harus mengerti bahwa alam ini juga mempunyai
batas ambang dan keterbatasan dalam mentoleransi kerusakan yang diterimannya.
Kita harus menyadari bahwa ada bahaya Laten (tersembunyi) dari alam yang
sewaktu-waktu bisa muncul dan membahayakan diri kita, keluarga kita, dan
saudara kita yang lain di belahan bumi sana. Mari kita bersama-sama menyelamatkan
bumi ini sebelum semuanya terlambat. Melalui fakta-fakta di atas masihkah kita
belum merasa resah?.
SAVE OUR NATURE, SAVE OUR LIVE.
(Tulisan ini ditulis untuk mengikuti Beat Blog
Writing Contest “Green Your Mind”)
Sumber Referensi:
8. http://alamendah.wordpress.com/2009/09/23/tingkat-pencemaran-udara-di-indonesia/
BAGI PARA BLOGGER YANG JUGA INGIN MENGIKUTI Beat Blog Writing Contest “Green Your Mind INI DAPAT MELIHATNYA DI http://www.vhrmedia.com/2010/detail.php?.e=685
BAGI PARA BLOGGER YANG JUGA INGIN MENGIKUTI Beat Blog Writing Contest “Green Your Mind INI DAPAT MELIHATNYA DI http://www.vhrmedia.com/2010/detail.php?.e=685
kita sebagai khalifah di dunia ini,sudah seyogyanya lebih arif dalam memanfaatkan kekayaan alam di dunia ini
BalasHapusbenar sekali, karena betapa malunya kita jika alam yang akan kita wariskan kpd anak cucu kita sudah rusak.. salam kenal..
BalasHapus