Kamis, 18 Agustus 2011

Tak Ada yang Sempurna



Suatu sore dua orang sahabat lama yang dulu berpisah bertemu kembali di sebuah kafe. Mereka kembali menceritakan nostalgia masa lalu mereka yang indah. Percakapan pun beralih berlanjut kepada hal-hal mengenai kehidupan mereka saat ini.
“Mengapa saat saat ini engkau belum juga menikah?, tanya seorang sahabat kepada Michael yang masih melajang.
Michael menjawab, “Sejujurnya, hingga saat ini saya masih mencoba mencari seorang wanita yang sempurna. Itulah kenapa hingga saat ini saya masih melajang. Dulu sih di kota ini saya berkenalan dengan seorang wanita yang cantik dan pintar dan aku pun berpacaran dengan nya. Tapi belakangan aku tahu bahwa ia begitu sombong dan aku tertekan dengan kesombongan nya sehingga akhirnya aku pun memutuskan untuk berpisah dengan nya. Kemudian aku pun berteman dengan seorang wanita yang anggun dan ramah sehingga aku pun tergoda dibuatnya. Tapi belakangan aku tahu ia seorang wanita yang banyak tingkah dan tidak bertanggung-jawab. Begitulah aku selalu mencoba untuk terus mencari sosok itu teman. Namun selalu saja ku temui kekurangan dan kelemahan yang dia miliki. Hingga pada suatu hari aku berkenalan dengan seorang wanita yang ku cari. Dia adalah sosok yang sangat cantik, baik hati, shalehah, dermawan dan suka humor lagi. Aku berpikir, mungkin ini dia jodoh yang diberikan oleh tuhan kepada ku”.
“Lantas, apa yang terjadi?, kenapa engkau tidak segera meminangnya?”, tanya sahabatnya yang sedari tadi mendengarkannya.
Michael pun diam sesaat, suasana menjadi hening.
Akhirnya dengan suara lirih Michael pun segera menjawab “Engkau ingin tahu sebabnya teman, ternyata gadis yang ku taksir juga sedang mencari sosok seorang pria yang sempurna”. (Resonansi Jiwa).
***
Kesempurnaan memang dambaan setiap orang. Siapa yang tidak senang dengan kesempurnaan?. Tidak ada. Tidak ada orang yang senang akan ketidaksempurnaan. Kesempurnaan adalah suatu harapan. Kesempurnaan juga merupakan suatu tujuan. Banyak orang yang berusaha untuk menjadikan diri nya sempurna atau pun dengan mendapatkan pasangan yang sempurna. Tidak ada yang bisa mewujudkan kesempurnaan itu. Yang ada hanyalah mendekati sempurna karena memang begitulah fitrah manusia.
Tapi apakah mungkin semua orang akan sempurna tanpa satu apapun cacat pada dirinya?. Tidak mungkin, nabi pun tidak ada yang sempurna. Setahu saya, hanya Tuhan yang mengklaim diri nya yang sempurna.
Tidak terlepas dari konteks cerita di atas. Setiap kita akan sangat mendambakan sosok seorang pendamping hidup yang sempurna. Baik dari segi fisik ataupun sifat nya. Siapa yang tidak senang dengan pasangan yang sangat rupawan, baik hati, saleh, dermawan, dan humoris seperti yang diharapkan oleh Michael dalam cerita di atas. Jangankan Michael. Orang paling jahat sekalipun di dunia ini pun pasti juga megharapkan sosok seorang pendamping yang sempurna. Jika demikian adanya muncul suatu masalah baru yaitu adanya ketidakseimbangan di dunia ini. Suatu ketidak seimbangan karena semua manusia mengharapkan pasangan nya adalah manusia yang sempurna.

Kesempurnaan adalah Dewa?
Hidup tidaklah selalu seperti yang kita harapkan. Pasangan yang sempurna memang adalah suatu harapan besar kita. Memiliki pasangan yang sempurna akan membuat hidup nyaman dan indah. Secara umum memang demikian adanya. Tapi benarkah dengan memiliki pasangan yang kita anggap sempurna akan terhindar dari masalah di kemudian hari?. Ternyata tidak demikian. Banyak potensi persoalan yang bisa muncul kemudian hari. Rasa rendah diri dan minder bisa saja menjangkiti kita ketika kita tidak mampu untuk menempatkan diri di hadapan pasangan kita.
Dalam hal kita sebagai seorang laki-laki tentunya kita ingin untuk dianggap lebih dalam beberapa hal. Hal ini untuk menunjukkan wibawa kita kepada pasangan kita. Dengan adanya kekurangan yang dia miliki maka kita bisa menunjukkan bahwa kita mampu untuk menutupi kekurangannya itu. Apa jadinya jika dia yang selalu menutupi kekurangan kita, gak lucu juga khan?. Begitu juga dengan seorang perempuan yang mempunyai pasangan yang dianggap“sempurna”. Rasa minder juga bisa muncul ketika ia memiliki kemampuan dan kelebihan yang jauh di atas kita. Tidak hanya minder. Rasa was-was dan cemburu pun bisa saja muncul ketika ia berinteraksi dengan teman –temannya yang perempuan. Bisa saja kita takut jikalau orang lain akan terpesona dengan segenap kelebihan yang dimilikinya.
Saya tidak bermaksud untuk menyarankan anda untuk berhenti mencari sosok seorang pasangan yang sempurna. Saya hanya menyarankan berhentilah untuk mendewakan sosok calon pasangan yang sempurna. Kebahagiaan yang kita dapatkan sebenarnya tergantung kepada pribadi kita masing-masing untuk dapat menempatkan diri dengan pasangan kita terlepas dari sempurna atau tidaknya dia.
Jika toh pasangan kita tersebut kita anggap sebagai seorang yang sempurna maka kita harus bisa menjadi pendamping yang bisa mengerti dia. Jika ia memiliki berbagai kekurangan, maka kita harus bisa untuk mengisi kekurangan yang ia miliki. Tidak selamanya kekurangan yang ia miliki akan membuat hidup kita tidak bahagia. Kita bisa memanfaatkan kekurangannya itu untuk lebih dekat dengannya. Kita bisa saling mengisi kekurangan yang ada pada kita dan pasangan kita. Sehingga terjadi suatu hubungan yang saling membutuhkan. Kita tak bisa sempurna tanpa dia. Dia juga akan tak sempurna jika tanpa kita.
Untuk itu, saya menyarankan berhentilah untuk mencari sosok yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Sempurna. Pasangan yang sempurna hanya akan ada jika kita mampu untuk melengkapinya untuk menjadi yang sempurna. Mampu untuk menjadi pelengkap dalam hidupnya. ilhamsimabua@kesatrianipdn2011

Minggu, 07 Agustus 2011

From Zero to Hero Versi Wapa Manggala



Jika anda seorang anggota pecinta alam, apa yang membuat anda begitu tertarik memutuskan untuk bergabung ke dalam organisasi tersebut?.
Kesenangan?,
Self Actualization?, (sorry, sindrom kebarat-baratan saya lagi kambuh..)
Pengen dianggap keren?
Atau ada tujuan yang lebih filosofis lagi?
Ada, jawabannya..
Bukan bermaksud untuk berfilosofaria ataupun memfilosofisasikan sesuatu yang mungkin anda anggap gak penting untuk difilosofiskan. Tapi menurut saya, entah menurut anda bahwa segala sesuatu itu dapat untuk diangkat nilai filosofisnya.
Sebagai bekal untuk bekerja di daerah kelak.. lho kok? Apa hubungannya Wapa dan pecinta alam dengan dunia birokrasi?.
Ada, setidaknya bagi saya pribadi. Wapa Manggala sebagai organisasi pecinta alam berfungsi ganda yaitu sebagai tempat bercanda ria dengan alam dan sebagai tempat untuk belajar berbirokrasi, birokrasi yang sederhana dulu tentunya. Emang di Wapa ada birokrasi? Harusnya sih gak ada. Cuma berhubung Wapa itu ada di IPDN, maka Wapa harus menyesuaikan dengan tradisi membirokrasikan segala sesuatu.
Yah, itulah derita saya di Wapa. Sebagai seorang sekretaris di Wapa saya harus tahu dengan alur birokrasi di IPDN yang katanya miniatur dari birokrasi di daerah. Kenapa nggak, dikit-dikit buat surat, dikit-dikit minta tanda tangan, minta surat sama tanda tangan kok dikit-dikit.
Menjadi sekretaris merupakan keinginan saya?.  Sumpili, sumpah tiga kali, saya korban paksaan dari kakak Wayang Kerta dua tahun yang lalu!!!. Ga tau angin dari mana, kenapa harus saya?, padahal saya gak punya keahlian apa-apa di Wapa, selain ahli ngambil Heerr. Saya mencium ada konspirasi dalam hal pengangkatan saya sebagai sekretaris Wapa Manggala Angkatan XI. Ya, suatu konspirasi yang sistematis.
Ga da pilihan lain selain, Siap Kak!!!. Tahta Sekretaris Wapa pun berpindah dari Kak Riyadus Salihin kepada Teguh Ilham. Sialnya nasib ku, mungkin begitu pikiran ku ketika harus berkasak-kusuk bolak balik dengan rute Warnet (buat ngeprint surat)-Pengasuhan putra-Pengasuhan putri-Kabag ekskul-Karo III – Warnet lagi (disuruh revisi sama karo) – Pengasuhan putra – Pengasuhan putri – Kabag Ekskul – Karo III – Purek III/Rektor.
 Horee.. Kalo udah nyampe rektor. KSP, I’m Comiiiiiiinggg !!!. From Set Bawah to KSP.
Tau gak, hal yang paling nyesek menjadi seorang sekretaris. Kalo surat udah kita urus, tiba-tiba ketua seenaknya aja batalin acara. Sumpe lo,, Grrrrhh....Untung di IPDN udah gak boleh lagi kekerasan..
Yah, begitulah saya hingga saat ini. banyak suka dan duka menjadi seorang sekretaris Wapa, walaupun duka nya jauh lebih banyak. Bener banyakan dukanya?
Ga juga ternyata, bentar lagi tahta  pun segera berpindah. Masih banyak hal yang belum saya pelajari dari belantara birokrasi di Set Bawah. Bagaimana cara melobi pak Rektor dan jajarannya ke bawah sampai ke petugas laundry belum saya pelajari sepenuhnya. Yaah, itulah penyesalan, datangnya gak di awal-awal sih. Trus siapa yang salah. Ya si penyesalan lah. Masak saya.
Paragraf di bawah ini agak serius,
Any way,, Menjadi seorang sekretaris Wapa ku sadari merupakan langkah awal ku dalam membiasakan diri dengan kondisi kerja nanti, bekerja di bawah tekanan dan tantangan, tak lupa juga rintangan. Bersiap-siap jika nanti harus dihardik atasan (boleh-boleh aja, asal gak pake kuah), kerja gak dihargai, dan sebagainya yang bisa membuat orang lain down kayak di smack down.
Lalu apakah hanya mental siap ditekan yang saya peroleh dari pengalaman menjadi seorang sekretaris Wapa? Bukan itu yang terpenting.
Lalu?
Banyak ilmu yang saya peroleh dari urusan surat-menyurat, kalo bahasa undang-undang nya Tata Naskah Dinas. Mulai dari bikin surat pengantar sampai dengan membuat proposal sudah saya laksanakan walaupun hingga saat ini koreksian masih sering saya dapati.
Di Wapa lah saya mengerti sedikit tentang konsep Tata Naskah Dinas, sekali lagi saya tekankan di Wapa, bukan pada jam Pelatihan karena saya sering ketiduran pada saat itu.
Hubungannya dengan “From Zero to Hero” ?
Yah, saya menganggap menjadi sekretaris Wapa merupakan starting point (ciee,, mulai lagi) saya untuk belajar menjadi seorang birokrat. Yang namanya karir perlu ada rencana. Dan rencana karir saya awali dari sini. Bekal dari sekretaris Wapa buat jadi sekretaris lurah. Bekal dari sekretaris lurah buat jadi sekretaris camat. Bekal dari sekretaris camat buat jadi sekretaris daerah kota (gw kan dari kota, ciee). Dari sekretaris daerah kota buat bekal jadi sekretaris daerah provinsi. Setelah di provinsi? Semoga tembus ke pusat. Amiiiiinnn...
Apa sih yang tak mungkin di dunia ini? *ilham_simabua @cipondok, 8 Agustus 2011